Halaman ini akan tertutup otomatis setelah meng-klik tombol diatas
Terimakasih!

Saturday, July 18, 2015

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyayangkan aksi pembakaran masjid yang terjadi di Papua, Jumat (17/7). Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigay mendesak pengusutan tuntas atas peristiwa tersebut.

Natalius mengaku sudah meminta penjelasan dari warga sekitar untuk mengetahui duduk perkara. Dikatakan olehnya, peristiwa pembakaran masjid tersebut jauh dari konflik keagamaan. Apalagi kebencian terhadap Islam.

"Ini bukan karena ketidaksukaan terhadap saudara-saudara kita yang Islam. Orang di sana (Papua) nggak pernah masalah dengan agama-agama lain," ungkap Natalius, saat dihubungi, Jumat (17/7). Namun, dia menjelaskan, pembakaran tersebut buntut reaksi masyarakat mayoritas atas kegagapan Kepolisian dan pemerintah setempat soal aktivitas keagamaan lokal.

Natalius menerangkan, pembakaran masjid berawal dari peristiwa sepekan lalu. Kata dia, sejumlah jemaat Gereja Gidi melayangkan surat himbauan, isinya berupa pemberitahuan, bahwa pada 13 sampai 17 Juli akan dilaksanakan suatu gelaran keagamaan para jemaat di wilayah tersebut.

Kegiatan jemaat itu mengingatkan larangan agar seluruh kegiatan keagamaan lain, yaitu Islam dan juga Kristen tak membuat kebisingan dan mengusik ketentraman. Jemaat meminta agar gereja dan masjid tak menggunakan pengeras suara dalam peribadatannya. Permintaan tersebut dimintakan jemaat Gereja Gidi dengan tertulis ke semua gereja dan masjid.


Surat permintaan tersebut, kata Natalius, ditebuskan ke pihak kepolisian dan pemerintah setempat. Akan tetapi kepolisian dan pemerintah setempat tak mengantisipasi kegiataan keagamaan Gereja Gidi yang bertepatan dengan perayaan Idul Fitri bagi umat Islam.

Pada akhirnya, sejumlah kelompok pemuda dari Gereja Gidi melakukan protes ketika gema takbir Idul Fitri berkumandang dari masjid di perkampungan Karubaga, Kabupaten Tolikara. Jemaat Gereja Gidi hendak menyampaikan protes, agar peribadatan umat Islam ketika itu tak menggunakan pengeras suara.

Umat Islam ketika itu hendak mendirikan shalat Ied. Namun, aksi protes jemaat Gereja Gidi dihalau oleh kepolisian yang berjaga di sekitar masjid. Halaun aparat keamanan membuat aksi jemaat Gereja nekat. Sasaran kemarahan sebenarnya ialah aparat kepolisian yang berjaga-jaga di masjid.

Kemarahan tersebut direspon dengan tembakan. Diungkapkan Natalius, ada 11 jemaat Gereja Gidi ditembak peluru tajam karena hendak protes. Sampai sekarang, kesebelas pemuda itu masih dirawat. Penembakan tersebut dinilai Natalius semakin memicu amarah jemaat Gereja Gidi. "Terjadilah pembakaran itu. Karena polisi melarang protes di masjid," terang Natalius.

Natalius mengatakan, Komnas HAM menyesalkan tindakan pembakaran masjid tersebut. Namun, rangkaian peristiwa tersebut juga harus disidik dari muasalnya. Sebab, dia yakin tidak adanya kebencian masyarakat Papua terhadap agama Islam. "Tentu kita semua sangat menyesal. Kepolisian harus mengusut semua rangkaian peristiwa itu. Mulai dari pelarangan ibadahnya, penembakan, dan pembakarannya (masjid)," ujar dia.


Dipicu Masalah Perzinaan

Kurang lebih seratus rumah adat honai serta dua gedung Puskesmas dan sebuah kantor, dibakar sekelompok warga di Kampung Panaga, Distrik Panaga, Kabupaten Tolikara, Rabu (15/7/2015).
Kepala Bidang Humas, Kepolisian Daerah Papua, Kombes Patrige Renwarin mengatakan, laporan yang diterimanya dari Kepolisian Resor Tolikara, kejadian yang berlangsung pukul 05.00 WIT itu diduga sebagai kelanjutan pertikaian warga Kampung Gelok dengan warga Kampung Panaga. Pertikaian ini sudah berlangsung sejak 9 Juli lalu.
Menurut Patrige, warga kedua kampung bertikai akibat kasus perzinahan yang dilakukan pemuda asal Kampung Panaga dengan perempuan dari Kampung Gelok. Setelah kasus perzinahan terbongkar, warga Kampung Gelok kemudian membunuh pemuda Kampung Panaga.
Tidak terima pembunuhan warga kampung mereka, ratusan warga Kampung Panaga lalu melakukan penyerangan dan pembakaran sejumlah honai di Kampung Gelok.
“Pembakaran ratusan rumah honai dan dua gedung puskesmas di Kampung Panaga pagi tadi, diduga sebagai aksi balasan dari warga Kampung Gelok. Belum diketahui korban jiwa dalam kejadian itu, namun saat kejadian sebagian besar warga Kampung Panaga sedang mengikuti kegiatan pemuda GIDI di Karubaga,” ujar Patrige melalui telepon selulernya, Rabu (15/7/2015).
Pasca-aksi penyerangan tersebut, puluhan anggota Polres Tolikara berjaga di Kampung Panaga untuk mengantisipasi bentrokan susulan. Sebab, warga kedua kampung masih bersiaga membawa senjata tajam. Dijelaskan Patrige, setelah situasi mulai kondusif, Bupati Tolikara, Usman Wanimbo didampingi Kapolres Tolikara AKBP Suroso dan Ketua DPRD Tolikara langsung mendatangi lokasi kejadian.

Kepada warga dua kampung bertikai, Bupati Tolikara meminta untuk menghentikan aksi saling serang. Sementara Pemerintah akan membantu membangun kembali honai dan gedung puskesmas yang terbakar.
_________________________________________________________
Info: Kepada seluruh pembaca blog ini yang ingin mengambil atau copas koleksi foto ini, harap menyertakan linknya!!! Jika tidak disertakan link blog ini, kami akan melaporkan postingan copas tersebut ke google sebagai bentuk pelanggaran dan postingan illegal. Blog yang banyak melanggar dan berisi konten illegal/plagiat akan dihapus dari google. Atas kerjasama dan perhatiannya kami ucapkan terimakasih!!!
__________________________________________________
http://militaryanalysisonline.blogspot.com/p/tips-pasang-iklan-di-blog-portal.html
=> KLIK DISINI UNTUK INFO SELANJUTNYA <=

visit www.loogix.com
DVD ANAK SHOLEH SERI TUPI DAN PINGPING HARGA RP. 85.000-,
ORDER SILAHKAN HUBUNGI 085776198615

visit www.loogix.com
DVD HARUN YAHYA SEDANG PROMO NIH, DARI HARGA RP. 150.000-,
JADI RP. 100.000-, ORDER HUBUNGI 085776198625
http://www.loogix.com/

DVD ANAK BERMAIN SAMBIL BELAJAR BERSAMA MIMI ADA 4 CD
PLUS DAPAT 2 BONEKA JARI, PANDUAN DONGENG DAN KARTU CERDAS
DAPATKAN SEMUANYA DENGAN HARGA RP. 95.000
ORDER HUBUNGI 085776198625

0 comments:

Pages

VMenu

Search

Blog Archive